Senin, 13 April 2015

BPKN Sumut minta BPN Langkat memberipenjelasan lahan sejelas-jelasnya lahan rakyat di Sapta marga desa Selayang kec Selesai Langkat


 
Ir TTR Girsang ketua Badan Penyelamat Kekayaan negara Sumut ada kerancuan antara pendapatKepa;a BPN Sumut dengan BPN Langkat .Padahal menurut Girsang antara BPN Sumut dan BPN Langkat adalah satu kesatuan karena di BPN Tidak berlaku otonomi daerah ,tentang adanya beda pendapat dilahan rakyat "Sapta Marga" desa Selayang Kec Selesai kabupaten langkat

Girsang sebagai ketua BPKN Sumut bigung dengan jawaban saudara kepala BPN Langkat No.849-300.7/VI/2014 twertanggal 12 juni 2014 menjawan surat kami BPKN No.B2.1.081/BPKN/SU/v/2014 Tertanggal 28 mei 2014(Terlampir Fotocopy)

BPKN Sumut sangat berharap agar BPN Langkat memberikn jawaban kapan dikeluarkan undang-undang Hak Milik Sementara atas tanah lahan Sapta marga dan nomor berapa.

Kami juga ingin bertanya pada BPN Langkat  tentang SK Gubernur No 45/DA/HML/L/1979 tertanggal 31 maret 1979 ditujukan pada siapa

BPKN Sumut juga bertanya pada BPN Langkat pada tahun 1980 ,warga negara asing (WNA) dalam hal ini warga negara cina tidak bisa memiliki sertifikat mohon penjelasan dan UUNomor dan tahun berapa warga negara cina bisa diberikan sertifikat atas tanah .

Dalam undang-undang Lanreform tahun 1960,kepemilikan tanah kepada WNI hanya bisa seluas 2 ha ,dan memang ada pengecualian ,

Sementara diatas tanah sapta marga ada surat gubernur sumut No 3/B.g tertanggal 12 Februari 1953 ,Surat ijin mengerjakan tanah dari Kodam II/BB/1964 tanggal 5 oktober 1964 ,Surat ST Wesana No 37,44,46,49/Ketj.Selesai/1964 tertanggal 15 Februari 1964 ,Serta surat keterangan Kepala Desa Selayang Np.503-70s/d73/HT/II/2014 tertanggal 17 Februari 2014 (Fotocopy terlampir)

Dan dapat kami tambahkan HM No 35 dan No 36 yang pernah diangunkan kepada bank Dumi Daya ,Sudah diblokir oleh Asbi Anshari,SH dari LBH Prodeo.

Bersama surat kami ini kami menunggu surat jawaban dari bapak Kepala BPN Langkat  mohon kiranya diberikan jawaban sejelas jelasnya 

Rabu, 08 April 2015

Jalan Negara Rusak Berat di Taput

: Hasil gambar untuk jalan negara rusak di taput
Kerusakan jalan nasional di Tapanuli Utara (Taput) disoal. Informasi dikumpulkan , hingga Kamis (19/4), diketahui kerusakan itu terdapat di Jalan Negara Tarutung menghubungkan Onan Hasang Kecamatan Pahae Julu Taput.
Selain membahayakan pengendara, kerusakan jalan ini juga menjadi penyebab makin bertambahnya waktu tempuh untuk ke beberapa kota tujuan. Belum diketahui pasti total panjang kerusakan jalan negara di sepanjang jalan lintas Kecamatan Simangumban hingga Kecamatan Sipoholon itu.
Namun yang pasti jalan itu tetap dilalui kendaraan juga truk bermuatan berat. “Sudah bertahun-tahun, jalan negara tersebut rusak parah, karena banyaknya lalu lintas kendaraan bermuatan berat. Sehingga mempercepat terjadinya kerusakan jalan,” ujar warga setempat Rikardo Tambunan.
Rikardo mengatakan, kondisi ini lebih diperparah apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi seperti yang terjadi beberapa hari ini. Lubang besar di tengah jalan seperti kubangan kerbau.
“Jarak tempuh lebih dari tiga jam untuk melewati Jalinsum Pahae,” kata pengendara, Marnala Nasution. Namun sayangnya Pemerintah Kabupaten Taput tak mampu untuk mengatasi jalan rusak itu walau hanya sementara saja. Pemkab hanya bisa melaporkan keadaan itu ke Kementerian Pekerjaan Umum.
Sekretaris Daerah (Sekda) Taput Sanggam Hutagalung mengatakan, kerusakan jalan tersebut sudah sangat merugikan masyarakat Taput. Kasusnya yang berada di sepanjang lintasan jalan nasional. “Sebenarnya kerusakan jalan provinsi juga demikian. Namun kami berharap akan adanya perbaikan yang maksimal nantinya,” ujarnya.

Rp38,3 M Perbaiki Jalan Rusak di Tap


Taput (PT)
Dinas Pekerjaan Umum (PUK) Taput rupanya sudah bergerak untuk melakukan perbaikan jalan rusak di daerah itu. Bahkan, anggaran yang dialokasikan untuk itu telah ditentukan sebesar Rp38,3 miliar dari APBD Tahun 2012. Hanya saja, angka sebesar itu diperuntukkan untuk perbaikan kondisi jalan rusak berat sepanjang 268,898 kilometer. Tidak termasuk jalan rusak ringan.
Demikian dikatakan Kepala Dinas PUK Taput, Anggiat Rajagukguk kepada wartawan, Selasa (8/5). Menurut Anggiat, dari sepanjang 1.222 kilometer jalan di Tapanuli Utara, sepanjang 268.898 km mengalami kondisi rusak berat. Sedangkan rusak sedang 600.684 km. Selebihnya hanya mengalami rusak ringan.
Jalan rusak berat pada umumnya sebagian besar berada di daerah pedalaman dan pelosok desa. “Jalan rusak itu kebanyakan di kecamatan. Seperti, Garoga, Parmonangan dan Kecamatan Pahae. Meski pada umumnya hampir seluruh kecamatan mengalami kerusakan, namun kedua kecamatan tadi paling parah,” ujar Anggiat.
Untuk memperbaiki seluruh jalan rusak tersebut, pihaknya telah menyiapkan anggaran sebesar Rp38,3 miliar yang ditampung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Taput Tahun 2012.
“Hingga saat ini, kita masih melakukan survey di lapangan. Tetapi, kita sudah merencanakan untuk realisasi perbaikan jalan,” sebutnya.
Bahkan, untuk perbaikan jalan tersebut pihaknya sudah membuat sebanyak 129 paket proyek pengerjaan yang lokasinya tersebar di 15 kecamatan. Selain jalan kabupaten, sambung Anggiat, jalan provinsi dan jalan nasional juga mengalami kerusakan di sejumlah lokasi di daerah Tapanuli Utara. dan hal itu telah dikoordinasikan kepada pemerintan provinsi maupun pusat melalui musyawarah rencana pembangunan di Sumatera Utara.
“Seperti jalan nasional yang dari Siborongborong, Tarutung hingga Sibolga. Sudah banyak rusak berat. Kemudian jalan provinsi di sepanjang Jalan Siborongborong, juga jalan menuju Pangaribuan. Seluruhnya itu sudah kita usulkan perbaikan,” ucapnya. Pantawan wartawan, sejumlah warga di Desa Parbubu II dan Desa Hutapea Kecamatan Tarutung, yang merupakan akses jalan ke objek wisata pemandian Air Soda mengeluh karena kesulitan melintas.
Pasalnya, kondisi jalan ke lokasi wisata itu sangat memprihatinkan. Mereka meminta agar Dinas PUK secepatnya melakukan perbaikan infrastruktur jalan di daerah itu. Ditambah jalan itu menghubungkan sedikitnya enam desa. Seperti, Desa Aek Siansumun, Parbubu I, Parbubu II, Hutape, Siandorandor, Siamaninggir dan Desa Pancur Napitu.
“Kita ingin secepatnya dilakukan perbaikan. Pemerintah jangan tinggal diam. Sebab, kita selaku warga yang mayoritas kehidupannya sebagai petani sangat mendambakan jalan bagus. Dengan begitu, hasil pertanian semakin gampang dipasarkan. Harga juga relatif stabil,” beber J Lumbantobing.

Ruas Jalan Nasional Sidikalang-Humbahas Rusak Berat ...


Kondisi ruas jalan nasional menghubungkan Sidikalang, Kabupaten Dairi-Humbang Hasundutan (Humbahas) serta Kabupaten Samosir, kurang lebih sekitar 10 km mulai dari Desa Bangun hingga Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan, sangat memprihatinkan. Badan jalan rusak berat serta dipenuhi kubangan besar. Kondisi tersebut sangat mengancam keselamatan pengendara karena kerap terjebak pada lubang yang sudah mirip kubangan kerbau. Pargaluan Sinaga (56) serta Bisran Pandiangan (39), penduduk Dusun Kutanapa, Desa Parbuluan III   di desa setempat mengatakan, kerusakan jalan tersebut sangat menyusahkan mereka. Keduanya menyebutkan, kerusakan jalan nasional itu sudah berlangsung lama tidak ada upaya perbaikan dari instansi terkait. Mereka menjelaskan, masyarakat setempat sangat dirugikan akibat kerusakan jalan dan hingga kini belum diperbaiki meski kejadian itu sudah menahun.

Mereka mengatakan, saban hari harus melewati jalan berlubang. Apalagi, disaat musim hujan, badan jalan berlubang dipenuhi air hujan hingga membentuk danau menyebabkan pengendara sulit melintas dan terpaksa melewati kubangan air.

Bisran Pandiangan menyebutkan, sekitar periode Desember 2014, diduga petugas dari PU pernah menyiramkan material bebatuan bercampur lumpur menutupi lubang. Tapi, akibat penyiraman material batu yang terkesan asal-asalan itu menyebabkan badan jalan bergelombang dan menyebabkan jalan berlumpur tepatnya di Dusun Kutanapa. "Kondisinya makin runyam dan menimbulkan masalah baru karena dilakukan sembarangan," ujarnya.

Selain kedua warga setempat, sejumlah pengguna jalan pemilik kendaraan pribadi mengaku marga Pasaribu dan Silaban keduannya pengendara dari Kabupaten Humbahas saat melintas dari jalan nasional tersebut dimintai komentar terkait kerusakan jalan itu menuturkan sangat kesal dengan kondisi kerusakan jalan itu.

Sementara seorang supir angkutan penumpang dari dan menuju Sidikalang ke Humbahas dan Samosir, Marudut Manullang (41) mengatakan sangat resah dengan kondisi jalan rusak berat tersebut. Sebab, menurutnya jalan itu sudah tidak layak lagi dilewati kendaraan karena dipenuhi lubang besar dan dipenuhi air dan mengancam keselamatan pengemudi dan penumpang.

"Padahal, sebagai angkutan penumpang, kami hilir mudik setiap hari dari jalan berlubang itu. Mobil yang kami kemudikan kerap rusak sehingga menimbulkan kerugian karena tidak bisa bekerja dan mengeluarkan sejumlah uang untuk mengganti onderdil yang rusak," katanya.

Masyarakat pengguna jalan meminta kepada Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah I Medan bisa segera memperbaiki jalan rusak dimaksud supaya tidak merugikan warga setempat serta menjaga keselamatan para pengendara karena ruas jalan itu merupakan penghubung Kabupaten Dairi - Samosir dan Humbahas.