Selasa, 23 Oktober 2012
Wisuda STT Poliprofesi Angkatan VII dan Politeknik Poliprofesi Angkatan VIII tahap kedua
oliprofesi Medan tahap ke dua pada 20 Oktober m
Acara wisuda STT Poliprofesi Medan tahap ke dua pada 20 Oktober di tempat yang sama, Hotel Danau Toba. Selain kata sambutan dan peresmian wisudawan, acara wisuda ini juga diberikan sentuhan hiburan, melalui lagu-lagu dari daerah Tanah Karo dan Batak. Dimana yang menyanyikan merupakan mahasiswa dan mahasiswi dari STT Poliprofesi Medan yang tergabung dalam paduan suara. Dan cenderung, lagu yang dibawakan merupakan lagu yang memiliki makna orangtua yang berjuang agar anak nya mendapat sekolah yang layak.
Sebanyak 451 wisaudawan dan wisudawati mengikuti proses pelantikan usai menyelesaikan pendidikannya baik tingkat D3 maupun S1. Dan mereka pun yakin menatap masa depan, dengan berbagai pelatihan yang telah mereka dapat di Sekolah Tinggi Teknik Poliprofesi Medan.
Keyakinan mereka terlihat dari senyum cerah dan ceria.
Bagaimana tidak, selama menimba ilmu di sekolah tinggi, mereka mendapat teori maupun praktik. Bahkan, para wisudawan ini dibimbing dalam berbahasa Inggris, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana. “Kita memberikan pelatihan toefl, dimana jumlahnya diatas 400. Karena itu, kita yakin akan semua anak didik kita,” ujar Ketua STT Poliprofesi Medan, David Sembiring.
Keyakinan tersebut, juga didapat melalui mitra kerja STT yang bekerja sama dengan berbagai perusahaan. Salah satunya adalah Bank Danamon. Dimana bank ini telah memperkerjakan anak muda dari tamatan yang memiliki kampus di jalan Sei Batanghari Medan. Seperti yang diungkapkan oleh perwakilan Bank Danamon, Kasteria Ginting dalam sambutannya.
“Kepercayaan diri para wisudawan dari STT membuat mereka bisa bekerja dengan baik. Karena untuk menyelesaikan masalah, dibutuhkan sebuah keyakinan.” ujarnya. Dan kepercayaan diri ini yang ditanamkan oleh Yayasan Pendidikan Poliprofesi Medan (YPPM) sebagai organisasi yang mendirikan STT Poliprofesi Medan.
Kepercayaan diri dan keyakinan yang ditanamkan kepada para seluruh mahasiswa, agar mereka tidak perlu merasa minder walau tamatan dari Universitas Swasta. Apalagi, saat ini sudah ada Undang-Undang yang dikeluarkan pada Agustus 2012 yang lalu, bahwa tidak ada perbedaan antara universitas swasta maupun negeri. Bahkan, perusahaan juga tidak boleh membedakan status swasta tersebut. “Selain itu, belum tentu tamatan negeri lebih baik dari swasta. Kepercayaan diri ini yang kita tanamkan, bahwa tidak ada beda antara swasta maupun negeri,” ujar David.
Kebanggan juga didapat melalui para dosen pengajar di kampus ini. Dimana jenjang pendidikannya sudah tingkat Strata 2 (S2). Sehingga para mahasiswa dan mahasiswai yang mengikuti proses belajar mengajar ini akan semakin terasah baik dalam pola pikir. “Ketentuan para pengajar harus jenjang S2, agar para mahasiswa tidak perlu merasa minder. Dan ini sebagai bukti bahwa kita perhatian dengan konsep pendidikan,” lanjut David.
Selain nyanyian, tarian asal Batak juga turut meriahkan acara wisuda ini. Adapun berbagai acara hiburan ini dimaksudkan, agar wisudawan dan wisudawati tidak merasa bosan dan kaku selama penyelenggaraan acara perayaan ini.
Sekolah Tinggi Teknik Poliprofesi ini terletak di Jalan Sei Batanghari. Dengan program satudi yang cukup lengkap, seperti Teknik Komputer, Manajemen Informatika, Akuntansi, Bahasa Inggris, dan Teknik Informatika untuk jenjang DIII. Sedangkan untuk jenjang strata 1, hanya memiliki program studi Teknik Informatika.
Bukan hanya kepercayaan diri yang ditanamkan di kampus ini. Kemudahan juga diberikan bagi mereka yang berprestasi.
Senin, 01 Oktober 2012
LSM Dialog Wah Sumut masih ranking terkorup
Ketua DPRD SU Saleh Bangun
Wah Pemerintah Provinsi Sumatera masih ranking ketiga terkorup dari 33 pemprov dalam penyelewengan uang Negara sesuai temuan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) kata Saliman Sarumaha Ketua LSM DIALOG memperburuk citra Pemprov Sumut secara kelembagaan.
Dalam kasus korupsi saja, sudah ada Gubernur Sumut non aktif, Syamsul Arifin terpaksa masuk penjara termasuk sejumlah kepala daerah di Sumut yang juga telah dikerangkeng dalam kasus korupsi seperti mantan Walikota Siantar RE Siahaan dan lainnya.
Merujuk pada laporan BPK tersebut, berikut daftar 15 provinsi dengan potensi kerugian negara terbesar:
1. DKI Jakarta dengan nilai potensi kerugian negara Rp 721 ,5 miliar (715 kasus)
2. Aceh dengan nilai potensi kerugian negara Rp 669 ,8 miliar (629 kasus)
3. Sumatera Utara sebesar Rp 515 ,5 miliar ( 334 kasus)
4. Papua sebesar Rp 476 ,9 miliar (281 kasus)
5. Kalimantan Barat sebesar Rp 289 ,8 miliar (334 kasus)
6. Papua Barat sebesar Rp 169 miliar (514 kasus)
7. Sulawesi Selatan sebesar Rp 157 ,7 miliar (589 kasus)
8. Sulawesi Tenggara sebesar Rp 139 ,9 miliar (513 kasus)
9. Riau sebesar Rp 125 ,2 miliar (348 kasus)
10. Bengkulu sebesar Rp 123 ,9 miliar (257 kasus)
11. Maluku Utara sebesar Rp 114 ,2 miliar (732 buah)
12. Kalimantan Timur sebesar Rp 80,1 miliar (244 kasus)
13. Sumatera Selatan sebesar Rp 56,4 miliar (239 kasus)
14. Nusa Tenggara Barat sebesar Rp 52, 825 miliar (307 kasus)
15. Sulawesi Tengah sebesar Rp 52, 823 miliar (294 kasus)
Langganan:
Postingan (Atom)