Medan (Pearaja)Puluhan masyarakat Kecamatan Garoga Kabupaten Taput (Tapanuli Utara) mendatangi DPRD Sumut, Kamis (22/12/2016) menuntut Pemprovsu dan DPRD Sumut untuk segera menganggarkan dana perbaikan ruas Jalan Pangaribuan – Garoga Taput sepanjang 17 Km yang kondisinya sudah "hancur-lebur" di APBD Sumut TA 2017, karena sangat mengganggu aktifitas masyarakat di daerah tersebut.
Hal
itu diungkapkan Ketua FPGMKG (Forum Persatuan Generasi Muda Kecamatan
Garoga) Benny Pasaribu, SE dan Kordinator Aksi Jefri Hutapea, SE dalam
pernyataan sikapnya yang disampaikan kepada Komisi D DPRD Sumut HM Nezar
Djoely, ST, Drs Baskami Ginting, Mucrid "Coki" Nasution dan anggota
dewan Dapil Kawasan Tapanuli Sarma Hutajulu, SH, Ir Juliski Simorangkir,
MM, Sopar Siburian, SH MH, Tigor Lumbantoruan, Jubel Tambunan, FL
Fernando Simanjuntak, SH MH dan Donald Lumbanbatu.
"Ruas
Jalan Propinsi jurusan Pangaribuan – Garoga mulai dari Desa Aek Tangga
hingga perbatasan Desa Pasar baru Kecamatan Pangaribuan sudah puluhan
tahun tidak tersentuh pembangunan, sehingga kondisinya saat ini
hancur-hancuran dan sangat menyulitkan masyarakat untuk mengangkut
barang antar kecamatan ke ibukota kabupaten," ujar Pasaribu.
Akibatnya
masyarakat yang tinggal di Kecamatan Garoga memikul beban biaya ekonomi
tinggi, sehingga hidup dengan keterpurukan, karena biaya logistik
sangat tinggi yang efeknya ikut mendorong harga-harga kebutuhan pokok
melambung tinggi. Inflasi perdesaan naik signifikan tanpa terkendali.
Berkaitan
dengan itu, Pasaribu dan Hutapea mendesak Pempropsu dan DPRD Sumut
untuk menganggarkan dana perbaikan jalan yang rusak tersebut di APBD
Sumut TA 2017, guna menghindari keterpurukan ekonomi masyarakat, sebab
selama jalan tersebut hancur lebur, seluruh harga-harga bergerak naik.
Bahkan harga BBM (bahan bakar minyak) seperti bensin dijual mencapai
Rp9000/liter.
Yang paling disesalkan
masyarakat, ujar pengunjuk rasa, dari informasi yang diterima, ternyata
Pempropsu hanya menganggarkan dana perbaikan di APBD Sumut TA 2017
sepanjang 1,5 Km dari 17 Km total panjang jalan, sehingga dipastikan
kehidupan masyarakat akan semakin terpuruk. Ini sungguh tidak masuk
akal, karena sesungguhnya masyarakat Garoga sudah 50 tahun menikmati
jalan rusak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar